Rabu, 05 September 2012

Roda Kehidupan

Pemandangan sore yang sangat cerah. Mentari berwarna jingga perlahan kembali ke peraduannya. Burung-burung bernyanyi menambah sahdunya sore yang damai. Aku berjalan gontai menyusuri jalanan panjang yang tak berujung. Langkah ku terhenti dipinggiran sebuah danau yang tenang. Semua hal berlomba mencari tempat yang tenang dipikiranku.
‘’Cobalah belajar menjadi orang tua’’ kata-kata itu terus menghantui pikiranku. Perlahan air mata tak berdosa mengalir deras dipipiku. Dunia seakan mengucilkanku sangat jauh. Masih terpatri di benakku hari-hari yang ku lalui dua bulan yang lalu.
‘’Ehh..Tan liat nih! Cocok nggak sama aku?’’
‘’T.O.P. B.G.T Cla. Gaunnya cocok banget sama kamu, warnanya biru lagi’’
Disalah satu butik terkenal ‘’MDC-Boutique’’ yang menjual barang-barang bermerek import ini lah aku terbiasa menghabiskan uang. Membeli baju, celana, sepatu semua keperluan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Tania Hendriawan adalah sahabat baik yang kukenal sejak awal memasuki sekolah menengah atas. Makan, jalan-jalan, nonton, belanja merupakan kegiatan rutin yang kami lakukan setiap pulang sekolah. Tidak pernah terpikirkan bahwa aku tidak mempunyai uang. Apa yang ku inginkan selalu aku dapatkan.
‘’Cla habis bayar SPP nanti kita jalan ke Mall yuk! Laper kita sekalian makan’’
‘’Good idea’’ aku bersemangat. ‘’Emm,, tapi kita harus bayar uang Perpustakaan dan Laboratorium  dulu uangnya sudah dibawa ni, bosok aja la ke Mallnya’’
‘’Yee... gimana sich. Uang Perpustakaan dan Laboratoriumkan bayarnya habis ngontrak semester baru besok. Pokoknya habis ni kita ke Mall lagian dua hari lagi kan kita libur puasa. Besok-besok kita nggak akan ketemu sampai lebaran. Buat belanja baju lebaran aja dulu uangnya’’
***
Lebaran telah berlalu, semua umat muslim bersuka cita merayakan hari kemenangan yang suci. Sekolah  dan semua mata pelajaran yang membosankan telah menantiku. Seminggu lagi jadwal ngontrak semester baru  sudah mulai di buka. Semua siswa tidak terkecuali aku akan sibuk mempertimbangkan mata pelajaran apa yang akan di ambil. Tenaga pasti akan lebih terkuras lagi oleh acara mengantri untuk membayar uang Perpustakaan dan Laboratorium. Seperti biasa setiap tahun ajaran baru akan ada sebuah Bank di dekat sekolahku yang akan dipenuhi oleh ribuan siswa yang berjejer membentuk sebuah ular panjang  yang seakan-akan siap memakan mangsanya.
‘’Hmmm’’ sangat ingin aku membuang semua penat yang mendera seluruh tubuhku saat ini. Air mata ku terus mengalir menambah kedalaman danau. Kerikil kecil yang aku lempar membuat riak di air yang tenang.
Saat ini aku benar-benar menyadari bahwa sangat sulit untuk bertahan hidup. Kalimat kehidupan itu seperti roda yang berputar baru aku sadari. Uang satu juta dulu dalam waktu satu menit sangat mudah untuk dihabisi. Sekarang uang sebesar itu sangat sulit untuk ku dapatkan.
Iya, saat ini keuangan keluarga ku sedang terganggu. Untuk membayar uang Perpustakaan dan Laboratorium pun aku harus memikirkan dari mana akan ku peroleh. Sangat berat beban yang aku rasakan saat ini menghimpit tubuhku. Dulu aku tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi dimasa depan. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana cara menghabiskan uang hari ini. Menyia-nyiakan makanan dan membeli semua barang bermerek yang ku inginkan. Padahal diluaran sana banyak orang yang tidak bisa makan teratur tiga kali sehari. Sedangkan aku setiap membeli makanan selalu saja ada sisa yang terbuang.
Saat ini tidak ada lagi Clara Ayunda Bernanda yang tajir, sombong,modis dan cantik lengkap dengan makeup cantiknya. Dia lenyap seiringan dengan terpuruknya usaha Garmen milik keluarganya.Yang ada hanya seorang remaja dengan air mata yang selalu menghiasi pipi manisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komen yang lainnya juga ya...