Minggu, 17 Juni 2012

Kukira Pangeran

Siang itu matahari sangat terik dan jalanan sangat sepi (sumpah!! lebih sepi dari kuburan). Sehingga beberapa pengguna jalan bebas mengendarai motornya tanpa mengindahkan peraturan yang berlaku di negara ini. Mobil-mobil pun berlari dengan sangat kencang (what? Mobil kok bisa lari? Yang nulis aja bingung hee...). Aku dalam perjalanan pulang dengan Kia teman sekampusku. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi dengan kulit cantikku (hee... PeDe gilee), kami terus berjalan dibawah terik sang mentari yang sepertinya sedang marah.
‘’Cece’’ Kia menyenggol bahuku.
‘’Apa?’’
‘’Liat tu cowok’’ Kia menunjuk ke seseorang yang tepat berada tidak jauh didepan tempat kami berdiri saat ini.
‘’Kenapa? Tidak ada yang aneh dari cowok itu.’’ Jawab ku sekedarnya
‘’Yeee.. memang tidak ada yang aneh. Siapa juga yang bilang aneh! Tapi keren. Badannya bagus, tingginya pas, ganteng, kaya lagi’’
Sontak aku kaget. Tanpa sadar aku berkata sangat keras ‘’What??’’.
Balik Kia yang bertanya dengan memasang tampang polosnya ‘’Kenapa? Kamu kok kaget gitu?’’
Ya jelas aku sangat keget (Mau tau kenapa? Kasih tau nggak ya? Kasih tau aja deh). Dari mana Kia tau kalau cowok itu ganteng dan manis yang tampak cuma bagian belakangnya aja. Kia bilang kaya lagi, kenal aja belum tau dari mana kalau cowok itu kaya. ‘’Hmmm... benar-benar teman yang aneh’’ pikirku dalam hati. ‘’Apa mungkin Kia bisa meramal?’’ Otak kanan dan kiri ku mulai tidak seimbang. Mana mungin Kia bisa meramal. Tampangnya sangat tidak mendukung kecuali operasi plastik dulu (maklum operasi lagi tren saat ini). Tapi kalau diperhatikan lagi postur tubuhnya memang sangat ideal sihh (cowok banget la). ‘’Hehee...’’ Aku tersenyum sendiri.
‘’Hahh? Kok Kia nggak ada?’’ Lirik kiri, lirik kanan, lihat samping putar belakang. Aku celingukan sendiri. ‘’Yaach! ditinggal dehh’’. Kebiasaan yang tidak bisa dirubah kalau lagi mikir belayar ntah kemana. Tidak menyadari apa yang terjadi disekeliling ku. Sama seperti saat ini aku tidak menyadari kepergian Kia.
Bola mataku hampir saja melompat keluar. ‘’O iya! Kenapa nggak terpikir untuk melihat kedepan ya?’’
Kia setengah berlari mendekati cowok yang baru saja menjadi trending topics pikiran ku. Sepertinya Kia sangat terpesona dengan cowok yang menurutnya keren, badannya bagus, tingginya pas, ganteng dan kaya itu. Aku jadi penasaran. Dengan berlari aku berhasil mensejajarkan langkah dengan Kia yang tinggal beberapa meter dari cowok itu.
‘’Gila kamu Ki. Masak ninggalin aku gitu aja.’’ Wajah cemberutku mulai muncul.
‘’Habisnya kamu kelamaan mikirnya. Sampai mana tadi?’’
‘’Apanya yang sampai mana?’’ tanya ku bingung.
‘’Mikirnya. Dodol!’’ Kia menjitak kepala ku.
‘’Auu...!! sakit tau.’’ Cemberut ku bertambah dua kali lipat.
‘’Emm!!! Haiii...’’ Kia dengan semangatnya menepuk bahu cowok itu.
Kami diam terpaku, kaget. Kalau ada orang yang melihat kami berdua pasti mengira kami sangat memalukan. Berdiri mematung dengan mulut ternganga dan mata melotot (Bisa dibayangin kan? Gimana bentuknya?). Ditambah dengan adanya cowok yang tertawa bahagia berdiri dihadapan kami.
‘’Kaburrrr....’’ aku dan Kia kompak berlari mengambil langkah seribu.
Cowok keren, ganteng, kaya dan pemilik tubuh ideal itu ternyata orang gila yang sering kami lihat didepan kampus. Yang setiap harinya gemar mengambil pakaian orang-orang di jemuran.

2 komentar:

Ditunggu komen yang lainnya juga ya...