1.
Jelaskan
bagaimana hubungan struktur dan kereaktifan beberapa senyawa yang anda kenal
terhadap suatu penyakit tertentu!
Jawaban
Alkaloid
Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan
nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya
yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron
bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang
elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun
(Herbert, 1995).
Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya
satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai
sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina
sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969).
Alakaloid adalah senyawa yang memiliki basa nitrogen
yang secara fisiologis aktif dalam tubuh makhluk hidup, khususnya untuk
stimulan, anestesi dan anti depresi senyawa ini banyak diproduksi pada
tumbuh-tumbuhan.
Beberapa alkaloid yang terkenal adalah caffein, dan
nikotin yang telah digemari manusia sejak dulu kala. Senyawa ini mampu bekerja
sebagai stimulant sistem saraf manusia agar tetap segar. Struktur molekul dari
caffeine mengandung basa nitrogen cincin imidazol. Sedangkan Nikotin terdapat
dalam tembakau, saat ini dunia sedang memerangi penggunaan tembakau, beberapa
effek fisiologisnya adalah menaikkan level adrenalin di dalam darah.
Beberapa alkaloid yang banyak dipergunakan untuk
penghilang rasa sakit adalah morfin, heroin dan codein, namun kenyataannya obat
ini telah banyak disalah gunakan pemanfaatannya oleh kalangan remaja. Struktur
molekul dari alkaloid seperti pada Gambar 12.67 di bawah ini:
Dari gambar di atas tampak bahwa molekul dasar dari
ketiga persenyawaan tersebut (morfin, heroin dan codein) merupakan molekul
hasil modifikasi dari morfin dengan mengganti beberapa gugusnya, perhatikan
warna pink dan kuning.
Morfina adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat
dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfina bekerja langsung
pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Dalam pengobatan
klinis, morfin dianggap sebagai standar emas, atau patokan, dari analgesik
digunakan untuk meringankan penderitaan berat atau sakit dan penderitaan .
Seperti opioid lain, misalnya oksikodon (OxyContin, Percocet, Percodan),
hidromorfon (Dilaudid, Palladone), dan diacetylmorphine (heroin), morfin langsung mempengaruhi pada
sistem saraf pusat (SSP) untuk meringankan rasa sakit.
Senyawa kelompok alkilamin yang juga sering disalah
gunakan dan banyak beredar secara illegal adalah senyawa cocain dan turunannya.
Dalam bidang kesehatan cocain dipergunakan sebagai anestesi. Beberapa
turunannya yaitu senyawa procain, lidocain, dan Demerol (Gambar 12.68).
Gambar 12.68. Senyawa
anestesi yang berasal dari cocain
Persenyawaan amin memegang peranan penting dalam
sistem saraf seperti, acetylcholine, catecholamin, amphetamin, serotonin,
histamin dan γ-Aminobutyrat (GABA).
2.
Uraikanlah
dan berikan contoh dimana letak peran penting suatu metabolit sekunder dalam suatu tumbuh-tumbuhan!
Jawaban
Tanaman menghasilkan beragam senyawa organik yang
tampaknya tidak memiliki fungsi langsung dalam pertumbuhan dan pembangunan.
Zat-zat ini dikenal sebagai metabolit sekunder, produk sekunder, atau produk alami.
Metabolit sekunder tidak diakui secara umum memiliki peran langsung dalam
proses fotosintesis, respirasi, transport solute, translokasi, sintesis
protein, asimilasi gizi, diferensiasi, atau pembentukan karbohidrat, protein,
dan lipid. Metabolit sekunder memiliki distribusi terbatas di tanaman. Senyawa
hasil metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan
flavonoid.
Metabolit sekunder tidak digunakan untuk proses
pertumbuhan dan unit untuk setiap organisme. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri, misalnya sebagai pelindung
(protectant) dari gangguan hama untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.
Selain sebagai pelindung, dapat juga berfungsi sebagai penarik (attractan) atau
penolak (repellant) dari serangga atau herbivora. Contoh metabolit sekunder
lainnya pada tumbuhan adalah pigmen-pigmen, senyawa antibiotik, senyawa
bioaktif, dan senyawaaromatik (Siegler 1998).
Alkaloid
Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini
belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid
diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,
pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan
ion.
Beberapa
alkaloid bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid
ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat
kekurangan nitrogen.
Pada beberapa
kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini
tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat
‘manusia sentris’.
Alkaloid dapat
berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang
lainnya menghambat.
Semula
disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa,
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan
(cell sap dalam bahasa Inggris)yang berupa rongga yang diselaputi membran
(tonoplas). Cairan ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya.
Selain itu, Vakuola juga berisi asam organik, asam amino, glukosa, gas,
garam-garam kristal, alkaloid.
Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan
dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.
Vakuola terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Vakuola
Kontraktil dan Vakuola nonkontraktil (vakuola makanan). Vakuola kontraktil
berufngsi sebagai osmoregulator yaitu pengatur nilai osmotik sel atau ekskresi.
Vakuola nonkontraktil berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan hasil
makanan.
Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian
besar ruang sel sehingga seringkali sel terlihat sebagai ruang kosong karena
sitosol terdesak ke bagian tepi dari sel.
Fungsi Vakuola: 1. Tempat penyimpanan zat cadangan
makanan seperti amilum dan glukosa, 2. Tempat menyimpan pigmen (daun, bunga dan
buah), 3. Tempat penyimpanan minyak atsirik (golongan minyak yang memberikan
bau khas seperti minyak kayu putih), 4. Mengatur tirgiditas sel (tekanan
osmotik sel), 5.Tempat penimbunan sisa metabolisme dan metabolik sekunder
seperti getah karet, alkaloid,
tanin, dan kalsium oksabit.
Bagi tumbuhan, vakuola berperan sangat penting dalam
kehidupan karena mekanisme pertahanan hidupnya bergantung pada kemampuan
vakuola menjaga konsentrasi zat-zat terlarut di dalamnya. Proses pelayuan,
misalnya, terjadi karena vakuola kehilangan tekanan turgor pada dinding sel.
Dalam vakuola terkumpul pula sebagian besar bahan-bahan berbahaya bagi proses
metabolisme dalam sel karena tumbuhan tidak mempunyai sistem ekskresi yang
efektif seperti pada hewan. Tanpa vakuola, proses kehidupan pada sel akan
berhenti karena terjadi kekacauan reaksi biokimia.
3.
Kemukakan
gagasan anda, bagaimana idenya suatu senyawa bisa diisolasi dan purifikasi!
Jawaban
Identifikasi Fitokimia
Suatu senyawa yang telah dikenal dan diketcmukan
lagi di dalam tumbuhan baru, dapat diidentifikasi berdasarkan pembandingan
kromatografi dan spektrum dengan senyawa asli. Cuplikan
asli dapat diperoleh dari perusahaan niaga kimia, dengan cara isolasi ulang
dari sumber yang telah diketahui, atau, sebagai usaha terakhir, dengan meminta
kepada peneliti yang pertama kali mengisolasi dan memaparkannya. Sampai seberapa
jauh kita harus melakukan pembandingan bergantung pada golongan senyawa yang
ditelaah. Tetapi, sebagai pedoman umum, dapat dikatakan kita harus menggunakan
sebanyak mungkin kriteria untuk meyakinkan kebenaran identifikasi.
Pembandingan kromatografi harus didasarkan kepada
ko-kromatografi senyawa dengan senyawa asli, tanpa pemisahan, paling sedikit
dalam empat sistem. Bila KLT merupakan dasar utama pembandingan, jelas ada
keuntungannya bila digunakan penjerap yang berlainan (misalnya selulosa dan
silika gel) di samping pengembang yang berlainan pada satu jenis penjerap. Bila
mungkin, kita harus membandingkan senyawa tak dikenal itu dengan senyawa pembanding
dengan menggunakan tiga kriteria kromatografi yang jelas. Kriteria itu misalnya
waktu retensi pada KGC, KCKT dan Rp pada KLT; atau Rp pada KKt, KLT dan pergerakan
nisbi pada elektroforesis. Demikian juga untuk pembandingan spektrum harus digunakan dua cara atau lebih. Idealnya,
semua spektrum UV, IM, dan RMI - ^1 harus dibandingkan.
Pada senyawa tumbuhan baru biasanya dapat saja
menentukan strukturnya berdasarkan pengukuran spektrum dan kromatografi,
terutama yang bertalian dengan spektrum dan kromatografi senyawa yang sudah
dikenal dalam deret yang sama. Peyakinan struktur dapat dilakukan dengan
pengubahan kimia dan menjadikannya senyawa yang sudah dikenal. Pada waktu
lampau, tahap penting dalam identifikasi struktur ialah menentukan rumus
molekul dengan cara mikroanalisis sekurang-kurangnya dengan menentukan karbon
dan hidrogen. Mikroanalisis yang demikian masih tetap diperlukan, tetapi bila
kita hanya mempunyai beberapa mikrogram senyawa, sekarang dapat saja kita
mengukur massa ion molekul dengan tepat, yaitu dengan spek-trometer massa.
Berikut cara pemisahan/isolasi suatu senyawa:
distilasi, pemisahan dengan cara
sentrifugasi, filtrasi, dan ekstraksi, dialisis, elektroforesis, kromatografi
dan lain sebagainya.
Lengkapnya lihat di:
Senyawa alkaloid
Deteksi, Isolasi dan Pemurnian
a.
Deteksi
Pakar
kímia alkaloid lazim melakukan penelitian alkaloid secara sungguh-sungguh.
Penelitian alkaloid lanjut adalah berusaha untuk mendapatkan struktur baru dan
aktivitas fannakologi. Sebabnya perìu dikembangkan metode-metode sederhana
untuk mendeteksi alkaloid dalam tanaman. Metode-metode tersebut harus
memenuhi kriteria (a) cepat, menggunakan
sampel sedikit dan peralatan sederhana, (b) hasil tinggi, (C) sensitif. Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi
tanaman yang mengandung alkaloid (Cordell, 1981), yaítu : 1. Prosedur Wall
dengan proses ekstraksi sederhana, 2. Prosedur Kiang - Douglas dengan proses
ekstraksi ditambah dengan modiñkasí pereaksi.
b.
Isolasi
Isolasi alkaloid dilakukan dengan metode
ekstraksí. Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung
lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawasenyawa tersebut dípisahkan
dan' bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara pelarutan dengan petrolium
eter (Haïjono, 1996, Gb. 1). .
Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petrolium
eter. Namun ekstrak harus selalu dícek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan
Salah sam pereaksi pengendap alkaloid. sejumlah alkaloid larut dalam pelarut
petrolium eter, maka bahan tanaman pada
awal ditambah dengan asam berair untuk mcngikat alkaloid sebagai garanmya.
Prosedur ini telah digunakan untuk mengekstrak ergotamin dari cendawan ergot, Claviceps
purpurea (Cordell, 1981).
Setelah lemak
dípisahkan, beberapa pilihan prosedur tersedia. Bahan tanaman dapat
diekstrak dengan
air, dengan etanol atau metanol, dengan alkohol berair, atau dengan
larutan alkohol
berair yang diasamkan. Kebanyakan alkaloid yang terdapat dalam
tanaman sebagai
garam organik, dan garam-garam tersebut lazim larut dalarn etanol 95 %. Pigmen
gula dan konstutuen sekunder organik lain hampir terpisah sempuma dalam
alkohol, tetapi banyak garam-garam organik dan anorganik yang lebíh kompleks
hanya terpisah sebagian.
Larutan alkohol
diuapkan hingga diperoleh Sirup kental dan residu dipartisi amara larutan asarn
berair dan dan pelarut orgarrik. Pada keadaan ini sering terjadí emulsi atau
endapan. Larutan basaberair diekstrak dengan pelarut organik yang Cocok
biasanya kloroform atau etil asetat. Larutan yang mengandung alkaloid
dikeringkan
dengan Na2SO4,
disaring dan diuapkan dalam vakum untuk mendapatkan sisa alkaloid kotor. Larutan
basa berair kemungkinan mengandung alkaloid kuartener dan biasanya ditest
dengan pereaksi pengendapan alkaloid. Alkaloíd dapat dipisahkan dari komponen
yang larut dalam air dengan pengendapan sebagai garam Reineckate, berikut
disaring dan endapan kompleks díreaksikan dengan aseton~air(Ha1j0r1o, 1996).
c.
Purifikasi/Pemurnian
Ekstrak alkaîoid kompleks yang masih
kotor dipisahkan menjadi komponen individu. Terdapat sejumlah metode
konvensional dalam perpilihan metode yang cocok atau metode gabungan tergantung
pada campuran alkaloid yang diperoleh. Metode konvensíonal yang biasa digunakan
adalah kristalisasí langsung. Cara ini merupakan metode dengan prosedur yang
sederhana, walaupun sering memberikan hasil yang kurang memuaskan untuk pemisahan
alkaloid mumi, kecuali bila suatu alkaloíd yang terdapat dalam bahan tidak
larut (Harjono. 1996).
4.
Kemukakan
bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam dapat diketahui alur biosintesisnya!
Jawaban
Hal yang menarik untuk diperhatikan ialah bahwa
metabolit sekunder dibiosintesis terutama dari banyak metabolit primer. Beberapa
reaksi yang secara umum penting dalam metabolisme sekunder:
1. Penkopelan
(coupling) oksidatif fenol
2. Metilasi
3. Hidroksilasi
substrat aromatik
4. Hidroksilasi
pada atom-atom karbon jenuh.
Alur biosintetik bisa dilacak salah satunya dengan
eksperimen menggunakan pemerian prekursor berlabel. Sebagai contoh adalah
memberikan prekursor sangat awal (biasanya 14CO2 pada
tanaman) dan diperhatikan urutan biosintesisnya.
Pemberian prekursor berlabel bisa dilakukan dalam
mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam kultur cair maupun dalam tanaman yang
hidup. Tahap-tahap dalam mempelajari biosintesis maupun biogenetika dari
senyawa alam X biasanya dilakukan secara:
·
Menentukan asal
dari atom karbon yang membentuk kerangka dari senyawa X.Ini berarti menentukan
senywa-senywa yang terlibat dalam biosintesis, dan merperan sebagai intermediet
(zat antara) dari metabolisme primer dan sekunder. Sebagai contoh adalah asam
asetat dan asam mevalonat. Problema ini biasanya dipecahkan degna uji kaji
inkorporasi maupun perunut isotop guna mengetahui kemungkinan-kemungkinan
struktur prazat dari X.
·
Menentukan jalur
metabolisme, yaitu urut-urutan dari intermediet dan reaksi-reaksi yang menuju
ke arah pembentukan senyawa X. Prazat yang sesuai, tidak dilakukan dengan
pemilihan secara random, tetapi dengan memakai hipotesis-hipotesis. Hipotesis
ini disusun sebelum melakukan uji kaji, dan berdsarkan biosintesis umum
(deduktif) atau dengan membandingkan dengan situasi yangsama yang telah
sebelumnya diketahui (analogi)
·
Menentukan
sumber oksigen, dan bila ada juga sumber
nitrogen, dsb. Sumber oksigen biasanya adalah dari air atau udara. Dalam hal
ini perlu dilakukan penelitian terpisah dengan menggunakan H218O
atau 18O2.
·
Sifat dari
proses enzimatis yang terlibat dalam tiap langkah pembentukan dari zat X. Aspek
biosintesis ini, merupakan aspek kimia paling baik kalau dipelajari dengan
memakai metode in vitro, dengan menggunakan enzim yang terpisah, dalam keadaan
murni.
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman
struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5)
yang bergandengan dalam model kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit
isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat
(mevalonic acid : MVA).
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan
terjadinya 3 reaksi dasar yaitu : Pembentukan isopren aktif berasal dari asam
asetat melalui asam mevalonat. Pengganbungan kepala dan ekor dua unit isopren
akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester- dan poli-terpenoid. Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid
adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A
melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang
sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat. reaksi-reaksi berikutnya adalah
fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil
pirofosfat (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi Dimetil alil
pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif
bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron
dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan
elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan Geranil
pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang
merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. senyawa
diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil Pirofosffat (GGPP) yang berasal
dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
Mekanisme
biosintesa senyawa terpenoid adalah sebagai berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu komen yang lainnya juga ya...